Selasa, 30 Agustus 2011

Apa itu kebocoran nuklir ?


Kebocoran nuklir merupakan sebutan bagi kecelakaan reaktor nuklir. Ini dapat terjadi ketika sistem pembangkit tenaga nuklir atau kegagalan komponen menyebabkan inti reaktor tidak dapat dikontrol dan didinginkan sehingga bahan bakar nuklir yang dilindungi – yang berisi uranium atau plutonium dan produk fisi radioaktif – mulai memanas dan bocor. Sebuah kebocoran dianggap sangat serius karena kemungkinan bahwa kontainmen reaktor mulai gagal, melepaskan elemen radioaktif dan beracun ke atmosfir dan lingkungan. Dari sudut pandang pembangunan, sebuah kebocoran dapat menyebabkan kerusakan parah terhadap reaktor, dan kemungkinan kehancuran total.
Beberapa kebocoran nuklir telah terjadi, dari kerusakan inti hingga kehancuran total terhadap inti reaktor. Dalam beberapa kasus hal ini membutuhkan perbaikan besar atau penutupan reaktor nuklir. Dalam kasus yang paling ekstrem, seperti bencana Chernobyl, kematian terjadi dan evakuasi warga sipil dalam wilayah yang sangat luas dilakukan.
Sebuah ledakan nuklir bukanlah hasil dari kebocoran nuklir karena, menurut desain, geometri dan komposisi inti reaktor tidak membolehkan kondisi khusus memungkinkan untuk ledakan nuklir. Tetapi, kondisi yang menyebabkan kebocoran dapat menyebabkan ledakan non-nuklir. Contohnya, beberapa kecelakaan tenaga listrik dapat menyebabkan pendinginan bertekanan tinggi, menyebabkan ledakan uap.



inilah kejadian kejadian kebocoran nuklir

1. Tragedi Nuklir Chernobyl


Tanggal 26 April 1986, 22 tahun lalu, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4 PLTN Chernobyl. Peristiwa ini menggemparkan dunia karena mengingatkan kembali pada ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, saat berkecamuk Perang Dunia II yang menewaskan sekitar 220.000 orang.Trauma Hiroshima dan Nagasaki belum hilang dari ingatan orang, muncul kembali peristiwa Chernobyl yang termasuk kecelakaan terbesar pada PLTN selama kurang lebih 60 tahun. Berbagai media cetak dan elektronik sejagat memberitakan tragedi itu secara beragam baik yang bersifat normatif, emosional, ataupun bombastis.

Trauma yang melanda masyarakat di lokasi kejadian dan sekitarnya akibat peristiwa Chernobyl menjadikan setiap tanggal 26 April pukul 01.23 lonceng berdentang-dentang di Ukraina. Walaupun malam telah larut dan udara dingin, namun warga tetap terjaga. Mereka meletakkan bunga dan lilin di monumen korban bencana Chernobyl.

Dampak Kecelakaan

Pada 2003, IAEA membentuk “Forum Chernobyl” bekerja sama dengan organisasi PBB lainnya, seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, Bank Dunia dan ketiga pemerintahan Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja untuk menjawab pertanyaan, “sejauh mana dampak kecelakaan ini terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi kawasan beserta penduduknya.” Laporan ini diberi nama “Cherno- byl Legacy”.

Diperkirakan semula dampak fisik akan begitu dahsyat. Artinya, akan menimbulkan korban jiwa yang luar biasa banyaknya. Namun, ternyata data sampai dengan 2006, jumlah korban yang meninggal 56 orang, di mana 28 orang (para likuidator terdiri dari staf PLTN, tenaga konstruksi, dan pemadam kebakaran) meninggal pada 3 bulan pertama setelah kecelakaan, 19 orang meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak lainnya meninggal karena kanker kelenjar gondok.

Sebanyak 350.000 likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah PLTN yang kena bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di Belarusia, Ukraina, dan Rusia, yang terkena kontaminasi zat radioaktif dan 100.000 di antaranya tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai daerah strict control, ternyata mendapat radiasi seluruh badan sebanding dengan tingkat radiasi alam, serta tidak ditemukan dampak terhadap kesuburan atau bentuk-bentuk anomali.

Di sisi lain, hasil studi dan penelitian terhadap likuidator menunjukkan bahwa “tidak ada korelasi langsung antara kenaikan jumlah penderita kanker dan jumlah kematian per satuan waktu dengan paparan radiasi Chernobyl.

Kemudian pada 1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang terobservasi di Belarusia, Ukraina, dan Rusia pada anak-anak dan remaja 0-18 tahun ketika terjadi kecelakaan, termasuk 3.000 orang yang berusia 0-14 tahun. Selama perawatan mereka yang kena kanker, di Belarusia meninggal delapan anak dan di Rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.

2. kebocoran nuklir di jepang


Rusaknya reaktor nuklir di Fukushima Jepang pasca gempa dan tsunami, sudah sangat mengkhawatirkan. Ancaman radiasi sudah dalam tingkat yang sangat berbahaya, apalagi jika reaktor meledak.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Prof Dr Tumiran mengatakan panas tinggi mengakibatkan ledakan hidrogen sehingga terjadi bocoran radiasi partikel mencapai 400 milli sieverts per jam. Dalam kondisi normal seharusnya angka radiasi yang muncul adalah 3,6 milli sieverts per tahun.

"Angka itu merupakan jumlah yang sangat besar dan langka terjadi. Dalam angka 100 milli sieverts saja itu sudah sangat mengganggu kesehatan. Apalagi jika sampai 400 per jam. Bisa dibayangkan jumlahnya dalam satu tahun," kata Tumiran kepada wartawan di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (16/3/2011).

Dia mengatakan efek radiasi yang ditimbulkan bisa berdampak cukup serius bagi kesehatan manusia ketika paparannya cukup lama. Saat menembus tubuh maka radiasi akan mengionisasi sel tubuh yang paling lemah seperti organ reproduksi, otak dan sel darah.

"Ionisasi atau pembelahan liar sel tubuh bisa mengakibatkan kerusakan jaringan sel. Pembelahan liar juga menyebabkan penyakit kanker maupun gangguan keturunan akibat rusaknya DNA," ungkap Dekan Fakultas Teknik UGM itu.

Dia mengatakan equivalen panas yang dihasilkan sangat tergantung dengan sisa bahan bakar yang masih ada di reaktor. Kondisi paparan radiasi di Tokyo telah mencapai 0,46 mili sieverts. Sementara dalam keadaan normal hanya sekitar 0,16 mili sieverts.

"Pemerintah Jepang saat ini berusaha jangan sampai reaktor meledak. Jika meledak, berarti bencana bagi Jepang dan negara sekitar. Kandungan uranium yang besar dari hasil ledakan bisa menguap kemana-mana melalui udara dalam bentuk gelombang," katanya.

Menurutnya kondisi yang harus dihindari dalam kerusakan reaktor nuklir adalah kemungkinan ledakan akibat panas tinggi. Gempa dan tsunami telah menjadikan fasilitas listrik dan pompa pendingin tidak berfungsi. Bahkan penyimpan bahan bakar diesel juga tersapu tsunami.

"Meski 6 unit reaktor di Fukushima dalam kondisi shut down dan tidak beroperasi, tapi di dalam reaktor masih ada sisa energi sekitar 7 persen sehingga masih ada panas. Inilah yang harus diwaspadai dan pemerintah Jepang saat ini tengah berusaha keras untuk melakukan pendinginan," ungkap guru besar teknik elektro UGM itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar